Mengelola Sakit Hati
Minggu, 24 Agustus 2014
Oleh: Ryan Abi Ar Rayyan
Berbicara mengenai kata “sakit hati” itu sangatlah bergantung kepada perasaan masing-masing orang yang merasakannya. Dan setiap perasaan tersebut pastilah sangat berbeda satu-sama lain. Bilamana sakit hati kita lebih dititikberatkan pada perasaan sendiri tanpa memikirkan hikmah yang tersembunyi didalamnya, itu adalah bagian dari sikap egoistis yang seharusnya dihindari sejauh-jauhnya. Karena sejatinya, setiap permasalahan yang telah, sedang dan akan kita hadapi mempunyai tujuan yang baik disisi Allah. Salah satunya adalah mendewasakan kita agar suatu saat menghadapi permasalahan yang sama atau persis dengan masalah yang sebelumnya, menjadkan kita pribadi yang lebih tenang, berbaik sangka, dan tetap optimis menyelesaikan masalahnya dengan tetap meminta petunjuk pada Allah. Setiap jalan yang akan ditempuhnya akan selalu disandarkan kepada petunjuk kebaikan dengan cara kebaikan berdasarkan kebaikan disisi Allah.
Lalu mengapa selalu ada orang yang bersikukuh dan tetap keras kepala berkutat pada perasaannya yang seakan seluruh dunia menghimpit hatinya sampai terasa sangat sakit yang tak terkira. Itu menandakan bahwa tipe orang yang seperti itu sedikit terlambat memaknai dan dapat mengambil hikmah yang terkandung dalam setiap permasalahan yang dihadapi. Sekarang pertanyaan yang mendasar dari hal tersebut adalah “bagaimana menanggulangi dan mencegahnya?”.
Seperti yang sebelumnya saya sampaikan, setiap orang pasti menghadapi masalah yang Allah tempatkan untuk membuat kita jadi pribadi yang lebih baik. Namun dalam kenyataan yang terjadi, semua itu tak semudah seperti yang diuccapkan. Pengingat terbaik yang saya ingin sampaikan adalah Allah memberikan masalah kepada seseorang itu tak akan melebihi dari apa yang ia tak mampu untuk memikulnya. Laa yukallifullahi illa wus aha. Setiap masalah ada jalan keluarnya. Jadi, pribadi yang mengetahuinya wajib memiliki kepribadian yang tetap opti,is dalam menghadapi permasalahanya. Seberat apapun itu. Bahkan ciri khas orang yang memiliki kepribadian yang seperti ini akan memandang sepele permasalahan yang mudah dan akan tetap memiliki ketenangan tingkat tinggi dalam menghadapi permasalahan yang teramat sulit. Meski nampak terlihat memandang sepele masalah yang besar. Akan tetapi, sikap yang seolah terlihat seperti itupun ada dikarenakan terimplikasi dari sikap yang berhusnudzan bahwa setiap permasalahan akan ada jalan keluarnya. Disisi lain tetap mencari solusi terbaik dengan pikiran yang jernih berdasarkan kehendak Allah melewati Al Quran dan sunnah.
Saya akhhiri tulisan kali ini dengan harapan dan doa, semoga Allah selalu menuntun hati kita menjadi pribadi yang bersih dari hasud dan dengki, selalu dihiasi baik sangka, pemaaf dan optimistis dalam menjalani kehidupan sebagai pribadi muslim yang kamil, Alllah mengingatkan kita dengan cara apapun dengan memberikan kita kemampuan untuk menangkap cara-Nya mengingatkan kita dengan mengetahui hikmah yang terkandung dalam cara-Nya tersebut, karena kita bukanlah Rasulullah yang selalu diberi petunjuk-Nya melalui malaikat Jibri, atau Nabi Musa yang langsung berdialog dengan Allah langsung yang bermediakan api. Kita hanya manusia akhir zaman yang memiliki kecenderungan untuk taat dan kufur terhadap nikmat-Nya. Bisa jadi Allah mengingatkan kita dengan kata-kata bijak dari para ulama, tulisan di Koran atau majalah, ataupun sekedar kata-kata kebaikan yang terucap dari anak kecil sekalipun. Raab jadikanlah kami pribadi yang tetap memiliki ketergantungan pada-Mu, kecanduan untuk selalu menyebut asma-Mu, bahkan kesedihan bila jauh dari-Mu, kerinduan untuk bertemu kepada sang tauladan ummah, pelopor kebaikan, pribadi yang selalu menjadi rujukan bagi siapapaun yang ingin berubah ,menjadi lebih baik di dunia dan di akhirat. Aamiiiin ya robbal alamiin.