Menumbuhkan Dan Bukan Menuangkan

miftahul huda

oleh : Agus Awaludin

“Menjadi guru pembelajar”

Itulah kata-kata yang saya bayangkan dimana posisi menjadi guru bukan posisi orang yang sok tahu atau merasa diri segala tahu sehingga murid kita harus seperti apa yang kita tahu. Pengakuan akan pengetahuan anak didik kita menganai hal-hal yang kita ketahui dan mereka lebih tahu memang memerlukan energi keterbukaan dan energi anti kemapanan, biasanya mereka para mapanis akan sangat berat bila orang lain menyampaikan sesuatu yang diluar definisinya.

Untuk mengakui anak kita memiliki pengetahuan kita harus menghancurkan berbagai belenggu baik yang membutakan diri kita untuk menghargai pengetahuan orang lain dan untuk menerima ketidak sempurnaan diri kita dan diri orang lain. Penerimaan sifat fitrah manusia yang tidak sempurna inilah yang akan menjadi modal awal sikap kita untuk menerima pengetahuan orang lain baik lebihnya dan kurangnya menurut kita termasuk anak didik kita sendiri.

Menumbuhkan Anak

Kata menumbuhkan digunakan dalam Alquran saat Nabi Zakarya mendidik Maryam dengan kata- menumbuhkan. Dalam asosiasi makhluk hidup pertumbuhan menunjukan pemilikan potensi yang bisa digunakan untuk tumbuh sehingga yang dibutuhkan hanyalah penjagaan serta stimulasi dari sekitar individu yang sedang tumbuh agar mereka mampu tumbuh dengan optimal. Murid kita adalah mereka yang sedang tumbuh dan memiliki potensi bawaan untuk tumbuh, dan guru merupakan salah satu elemen yang menjaga dan memilihara serta menstimulasi agar tumbuhnya siswa kita menjadi optimal.

Posisi guru sangat strategis karena bila salah dalam memelihara maka siswa kita akan tumbuh tanpa kendali tidak terpola bahkan mungkin mereka akan layu sebelum berkembang karena mereka akan memiliki ketergantungan dengan kita sebgai pemelihaanya.

Walaupun begitu sebagai guru tidak perlu kita menjadi posisi penuang yag memaksa sehngga mereka tumbuh kosong karena kehilangan rasa memiliki, kemampuan memilih, sehingga ketergantungannya dengan lingkungan akan sangat besar dan tidak bisa tumbuh sendiri kecuali harus didukung terus.

Tumbuh mereka adalah tumbuh yang survive dengn memaksimalkan potensi mereka

Bayangkan pohon besar yang harus selalu kita siram tanpa dia bisa menyerap makanan sendiri, atau harimau yang sudah besarnya pun dia harus diberi makanan oleh yang mengurus mereka.

Mungkin ini adalah bagian dari amal soleh kita mengurus tiada akhir, tapi niatan kita ini akan membunuh mereka karena sebagai manusia fitrahnya anak-anak kita akan terus tumbuh menguat sedangkan kita akan tumbuh melemah. Sempai kapan kita bisa menyuplai terus generasi penerus ini tanpa mereka sendiri yang harus mengusahakan.

Ide dasarnya sebenarnya adalah memberikan imunitas bukan memproteksi berlebihan karena justru proteksi berlebhan akan menjadikan siswa kita tidak survive dengan masalah yang mereka hadapi dikemudian hari. Wallahua’lam.

 

Sumber artikel : gurubelajar[dot]wordpress[dot]com